CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Sabtu, 13 September 2008

Komunitas Graffiti Jalanan Penggagas Malang Urban Street Trouble


Rata-rata anggota Ngaco adalah pemuda berusia 18-23 tahun. Penampilan mereka terkesan semaunya. Tidak terikat aturan dan bebas berekspresi. Ciri khasnya, sepatu kets, celana ketat yang mengecil di pergelangan kaki, dan kaus oblong bertuliskan nama band underground.

Tak lupa bungkus jaket hip hop untuk melawan dinginnya malam kala mereka beraksi. Rambut dimodel semaunya: Japanese Punk, asimetris, geometrik, atau terserah pemiliknya.

Jumat (27/6) malam lalu, Enot, Abe, dan Cla, tiga di antara mereka terlihat bergaya Harajuku (model penampilan bebas ala remaja di Jepang).

Sementara JJ, sang koordinator lebih rapi. Ia gunakan jaket hitam, celana kain, potong cepak, dan sepatu sport. Mereka tengah berkumpul di sebuah warung di kawasan pusat jajanan Pulosari Kota Malang.

“Kebetulan gak ngebomber (istilah menggambar graffiti di tembok) ya begini,” ungkap JJ yang alumnus SMK 5 ini.

Soal identitas, para bomber (pelukis graffiti) ini memang sengaja ditutup. Mereka hanya mau diekspos memakai nama beken atau nama jalanan. Enot, Abe, Cla, dan JJ adalah nama beken mereka. Sementara Sleeck, Abe One, Dcl dan PD Monster adalah nama jalanan mereka masing-masing.

Soal nama asli dan domisili, mereka meminta tidak dikorankan. Sebab ini berhubungan dengan aktivitas mereka yang sebelumnya melakukan vandalisme (membuat tulisan atau gambar liar di tembok jalanan).

Selain itu, mereka sebenarnya menikmati dobel identitas yang mereka gunakan. Identitas pribadi dan identitas jalanan.

Menurut JJ, bagi banyak orang, vandalisme sering membuat geregetan. Sebab istilah vandalisme identik dengan gambar graffiti tanpa izin. Sasarannya pun semaunya para bomber. Bisa tembok milik pemerintah, tembok milik perusahaan, tembok kampung atau tembok perseorangan. Dampak kejengkelan orang lain itulah yang dihindari mereka dengan tidak membuka identitas asli.

Bahkan untuk kepentingan pemotretan koran ini, mereka meminta untuk berpose mengenakan masker atau penutup wajah.

“Kadang teman kita di kampung atau guru sekolah tidak tahu kalau kita ini yang membuat graffiti di banyak tembok Kota Malang,” ungkap Cla.

“Saya pernah dikejar satpam Playground Matos sampai nyebur got. Pas ngebomber tembok playground tanpa izin setahun lalu.

Makanya identitas harus kami sembunyikan,”sambung Enot.

Cla pernah ditangkap aparat kepolisian Polresta Malang saat menggambari tembok TMP Suropati, Jalan Bandung. Sepeda motornya diangkut polisi ke mapolresta. Akibat aktivitas vandalisme itu, dia pun harus “berdamai” Rp 200 ribu dengan oknum.

“Dulu kami dikejar-kejar polisi atau satpam. Masa sekarang ngaku,”ungkap remaja 18 tahun ini.

Komunitas Ngaco punya peran besar dalam memasyarakatkan graffiti di kalangan remaja Kota Malang. Sebelum tahun 2006, di saat tembok-tembok masih beku, masing-masing anggota Ngaco meluapkan ekspresi mereka. Dengan melakukan tagging (graffiti tulisan identitas) atau vandalisme tulisan dan gambar, mereka memberikan warna pada tembok-tembok (istilahnya spot) itu.

Grafiti, seperti dalam Wikipedia, adalah kegiatan seni rupa yang menggunakan komposisi warna, garis, bentuk, dan volume untuk menuliskan kalimat tertentu di atas dinding. Alat yang digunakan biasanya cat semprot kaleng (aerosol). Berbeda dengan mural yang berupa gambar atau lukisan ditembok yang lebih banyak menggunakan cat kayu, cat besi, cat tembok dan kuas.

Komunitas beranggotakan tujuh personel ini terbentuk 9 April 2006 lalu. Kebetulan Jumat malam itu, hanya empat orang yang bisa berkumpul. Dengan berbagai latar belakang anggotanya (saat itu semuanya masih duduk di bangku SMA/SMK), mereka bisa menyatu. Kegemaran dan hobby mereka ber-graffiti bisa mempertemukan satu dengan lainnya.

Peran situs www.tembokbomber.com ikut mempertemukan mereka. Situs itu adalah forum pelaku graffiti se-Indonesia. Mereka semua adalah membernya. “Kita semua kan pernah upload ke tembokbomber. Kenal di dunia maya, lalu kami bertemu dan bentuk komunitas Ngaco,” ungkap JJ.

JJ sendiri terjun ke dunia graffiti karena senang musik hip-hop. Salah satu unsur musik ini adalah graffiti di tembok. Korban pertamanya adalah tembok di milik tetangga di kampungnya. Sedangkan Enot terinspirasi dari kegemarannya melihat aktivitas komunitas skate board. Dinding kamarnya jadi spot pertama untuk berekspresi. Selanjutnya tembok Pemerintah Kota Malang di tempat-tempat umum jadi korban.

Sementara Abe terpikat graffiti karena keseringannya memainkan game Tony Hawk’s di PS-2 (game bertema skater). Dan Cla terinspirasi dari gambar dan foto-foto soal graffiti. Tembok pasar Dinoyo yang jadi media ekspresi bebas untuk kali pertamanya.

“Saat di jalanan, cat semprot beli sendiri. Modal tidak apa-apa tapi puas,” ungkap Abe yang kini tengah menunggu ujian masuk perguruan tinggi ini.

Enam bulan terakhir ini, mereka mengaku mulai dewasa dalam mengembangkan aktivitas graffiti di Kota Malang. Mereka mulai jenuh dengan aktivitas vandalisme dan mulai mengarah pada graffiti komersial (jasa menggambar). Mulai dari graffiti di rolling door, tembok kosong perumahan, hingga kamar remaja.

Agar tetap bisa berekpresi di jalanan, tetapi tidak menganggu properti orang lain, mereka kini memilih jalan graffiti legal. Caranya, dengan mengajukan izin ke pemilik properti. Idur, salah seorang dari mereka ditunjuk sebagai tim sukses dan petugas survei spot. Idur harus izin ke RW, kelurahan, atau pihak pemilik properti. Kalau oke, maka para bomber pun bisa beraksi dengan legal.

“Contohnya ya di Stasiun Blimbing tiga minggu lalu,” kata Idur.

“Itu semua legal,” imbuh karyawan distribusi aksesoris ponsel ini.

Para personel Ngaco pun membentuk komunitas lebih besar yang diberi nama Must. Komunitas ini untuk mengumpulkan para bomber junior yang kini banyak bermunculan. Tujuannya agar para bomber tidak saling merusak karya sesama bomber. Tujuan lain, kalau bisa, karya graffiti yang diciptakan malah bisa memperindah penampilan kota.

Peran Idur cukup besar. Dia harus mencarikan spot-spot kosong untuk ekpresi bomber yang kini sudah mencapai 25 kru (sebutan untuk setiap kelompok bomber). Karena tugas beratnya itu, dia butuh masyarakat memberikan legalitas. Toh karya graffiti apabila dikerjakan secara legal dan dibina bisa memperindah penampilan kota. “Vandalisme sulit untuk distop 100 persen. Itu sudah dari sejarahnya,” kata Idur.

Graffiti Sebagai Karya Seni?



Dinding-dinding di sepanjang Jalan Tamblong yang semula putih bersih, kini sedikit berwarna. Kini, selain dipenuhi oleh "flyers" dan poster yang ditempel sembarangan, coretan-coretan jahil yang dibuat dengan cat semprot, juga mulai memenuhi dinding-dinding tersebut. Bikin mata orang-orang yang lalu lalang, mau nggak mau seperti tersihir untuk melihat atau sekadar melirik. Katanya sih, itu adalah graffiti, coretan yang dibuat untuk mengekspresikan kebebasan.

Graffiti yang berasal dari bahasa Yunani "graphein" (menuliskan), diartikan oleh wikipedia.org sebagai coretan pada dinding atau permukaan di tempat-tempat umum, atau tempat pribadi. Coretan tersebut, bentuknya bisa berupa seni, gambar, atau hanya berupa kata-kata. Graffiti yang banyak bertebaran di jalanan kota Bandung, masih sebatas coretan kata-kata yang merupakan identitas geng atau malah hanya berupa nama. "Itu masih bisa dikategorikan sebagai seni, walau mungkin pada levelnya berbeda, ya," ungkap Roy, seorang pelaku graffiti yang sempat belia temui ketika membuat satu graffiti di sebuah distro di bilangan Jalan Burangrang, Jumat (9/12).

Penggunaan cat semprot untuk bikin sebuah graffiti, sudah mulai dikenal di New York, akhir tahun 60-an. Coretan pertama dengan cat semprot, dilakukan pada sebuah kereta subway. Seorang bernama Taki yang tinggal di 183rd Street Washington Heights, selalu menuliskan namanya, entah itu di dalam kereta subway, atau di bagian luar dan dalam bis. Taki183, gitu bunyi tulisan yang ia buat menggunakan spidol. Taki ini seperti ingin nunjukkin identitas dirinya. 183 yang ia tulis setelah namanya, nunjukkin tempat tinggalnya.

Gara-gara coretannya tersebut, orang-orang di seluruh kota jadi kenal dengan Taki, lewat coretan-coretan misteriusnya. Di tahun 1971, mister Taki ini diinterview oleh sebuah majalah terbitan New York. Dari situlah, kepopuleran Taki diikuti oleh anak-anak seluruh New York. Anak-anak ini tertarik karena kepopuleran bisa diperoleh dengan hanya menuliskan identitas mereka --disebut juga tagging-- pada bus atau kereta yang melewati seluruh kota. Semakin banyak nama atau identitas seorang anak, sudah pasti ia akan semakin populer.

Setelah spidol, media yang kemudian biasa digunakan adalah cat semprot, yang dipakai untuk nge-bomb (istilah untuk menyemprot) bagian luar kereta. Karena semakin banyaknya orang-orang yang bikin tagging, nggak heran kalau setiap writers, pengen punya style sendiri. Dari situ, mereka nambahin warna-warna yang eyecatching, efek-efek khusus, bahkan mereka mencoba untuk menuliskan namanya lebih besar. Dengan bantuan cat semprot, pengerjaan graffiti ini lebih cepet beres.

Makanya, untuk mengantisipasi tagging yang mulai mewabah, pihak kepolisian setempat sampai melarang penjualan cat semprot pada anak-anak di bawah umur. Saking banyaknya pelaku graffiti, di Meksiko pun diberlakukan aturan serupa. Bahkan, setiap pembeli cat semprot harus menunjukkan identitas yang jelas dan menyertakan alasan untuk apa cat semprot itu digunakan.

"Bikin graffiti di public space itu seperti punya gengsi sendiri. Selain itu adrenalin bakal terpacu, karena takut dikejar polisi atau gangster," kenang Roy, yang pernah ke-gap sama gangster pas bikin graffiti di public space. Yup. Selalu public space yang menjadi sasaran para seniman jalanan ini untuk berkreasi. "Sebagian orang ada yang nganggep graffiti sebagai karya seni, tapi nggak sedikit juga yang bilang kalau coretan-coretan itu malah ngerusak," kata Radi, seorang mahasiswa seni lukis Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB.

Jika graffiti ini dilakukan tanpa seizin pemilik tempat, perbuatan ini dapat dikategorikan sebagai tindakan vandal. Mungkin banyak di antara Belia yang belum tau apa itu arti vandalisme. Vandalisme bisa diartikan sebagai tindakan yang merusak properti orang lain. It means, graffiti atau mural yang dilakukan tanpa izin di tempat-tempat umum, bisa dikategorikan sebagai vandalisme. Sementara, banyak orang yang berpendapat, kalau graffiti di dinding-dinding jalan, masih lebih baik daripada dinding-dinding tersebut kotor, tidak terawat, dan penuh dengan tempelan flyers atau brosur-brosur yang nggak penting.

Kalau Belia lewat Jalan Siliwangi, mata terasa lebih segar karena ngeliat mural di sepanjang dinding jalan, pasti setuju kalau karya seni yang seperti itu bukan termasuk perbuatan vandal. "Iyalah. Soalnya mural di Siliwangi itu legal kok. Pihak Pemda, sekitar dua tahun lalu, pernah ngasih proyek itu buat kita," kata Yogie, yang bareng Radi, jadi konseptor pembuatan mural tersebut.

Mural yang berarti lukisan pada permukaan yang lebar, memang terasa lebih legal dibandingkan dengan graffiti yang berkesan liar. "Bedanya sih, mungkin hanya pada medianya aja ya. Kalau graffiti banyak pake cat semprot, sementara mural make cat tembok. Kalau nyeni atau nggaknya ya, tergantung yang liat. Nggak ada parameter khusus," lanjut Yogie.

Senada dengan Yogie, Roy pun bilang kalau bagus atau jelek itu relatif. "Susah sih, kalau mau bilang bagus atau jelek. Isi tulisan-tulisannya, mungkin dibilang jelek tapi malah keinget terus sama yang baca. Tapi graffiti di film Alexandria saya bilang butut, sementara orang lain mungkin bilang itu bagus," tandas Roy sembari memberi contoh.

Legal atau nggaknya sebuah karya di jalanan, bagi Roy yang juga lulusan FSRD ini, tetap dinilai sebagai sebuah karya. "Di Jogja, graffiti dan mural malah dilegalkan. Pemerintah setempat ngebolehin, bahkan menyediakan lahan untuk para street art berkarya. Sementara di Bandung, belum ada pelegalan seperti itu. Beda ceritanya kalau lu punya duit," katanya sedikit berapi-api.

Alih-alih sebagai tindakan vandal, graffiti, mural, tagging, dan sebagainya adalah merupakan kebebasan berekspresi. Tetapi, kebebasan berekspresi saat ini masih didominasi oleh kaum berduit, yang mampu membeli tempat untuk menumpahkan kreativitasnya. Sementara para seniman jalanan, mesti sembunyi-sembunyi atau malah kejar-kejaran dengan pihak aparat hanya untuk berkreasi. "Seniman yang jelas-jelas bikin karya di privat place aja sempat dibakar aparat, apalagi street art yang berkarya di public space," lanjut Roy.

Setiap seniman punya style masing-masing untuk mengekspresikan karyanya. Makanya, tidak sedikit seniman yang malah "bersaing" untuk bisa menciptakan karya bagus di tempat yang lebih lebar, misalnya, atau untuk meraih kepopuleran. Selain saingan, ada juga proses pembelajaran yang diturunkan dari seniman yang tergolong kelas senior kepada juniornya. "Yang baru belajar biasanya jadi kenek dulu. Kerjaannya masih sebatas ngewarnain, atau bantuin yang gampang. Seniornya, yang bikin sketsa di kertas dan di dinding," ujar Roy.

Proses bikin graffiti atau mural kurang lebih sama. Pertama, sketsa dibuat pada kertas, lalu kemudian sketsa tersebut dipindahkan ke dinding. "Yang lebih gampang sih, si sketsa udah "ditembakkin" pake proyektor, jadi nggak perlu bikin sketsa di tembok. Tapi, ya, gengsinya mungkin lebih turun kalau dibantu pake proyektor," kata Roy lagi.

Nggak sedikit duit yang dikeluarin untuk bikin satu graffiti atau mural. "Untuk bikin gambar di tembok yang berukuran sedang, bisa habis kira-kira dua puluh kaleng cat semprot. Sementara ini (garasi distro yang sedang dibuat graffiti-red) abis 40an kaleng," jelas Roy.

Sayang banget kan kalau hanya ngabisin cat semprot untuk tulisan-tulisan yang nggak ada maknanya, atau malah bikin sebel orang yang liat. Radi dan Yogie pun punya pendapat serupa. "Kalau mau bikin graffiti atau mural, mending sekalian yang edun, daripada hanya tulisan atau gambar yang teu kaharti."katanya.

Graffiti sampai kapan pun mungkin bakal jadi kontroversi. Di satu pihak bakal bilang kalau graffiti itu perbuatan vandal, tapi pihak yang lain mengartikan seni, kebebasan berekspresi. Lain halnya di Yogyakarta, yang setiap seniman bebas berkarya, pihak pemerintah pun nggak perlu repot-repot ngejar-ngejar seniman yang bandel. Karya yang nggak bikin sakit mata, lebih-lebih sakit hati, tentu bakal diapresiasi dengan baik oleh masyarakat. Kebebasan berekspresi bisa saja diredam, tapi nggak bisa dihentikan.***

Sejarah Grafitti

 Grafiti
Grafiti (juga dieja grafitty atau grafitti) adalah kegiatan seni rupa yang menggunakan komposisi warna, garis, bentuk dan volume untuk menuliskan kalimat tertentu di atas dinding. Alat yang digunakan biasanya cat semprot kaleng.

Sejarah

Grafiti di Pompeii. Grafiti ini mengandung tulisan rakyat yang menggunakan bahasa Latin Rakyat dan bukan bahasa Latin Klasik.
Kebiasaan melukis di dinding bermula dari manusia primitif sebagai cara mengkomunikasikan perburuan. Pada masa ini, grafitty digunakan sebagai sarana mistisme dan spiritual untuk membangkitkan semangat berburu.

Perkembangan kesenian di zaman Mesir kuno juga memperlihatkan aktivitas melukis di dinding-dinding piramida. Lukisan ini mengkomunikasikan alam lain yang ditemui seorang pharaoh (Firaun) setelah dimumikan.

Kegiatan grafiti sebagai sarana menunjukkan ketidak puasan baru dimulai pada zaman Romawi dengan bukti adanya lukisan sindiran terhadap pemerintahan di dinding-dinding bangunan. Lukisan ini ditemukan di reruntuhan kota Pompeii. Sementara di Roma sendiri dipakai sebagai alat propaganda untuk mendiskreditkan pemeluk kristen yang pada zaman itu dilarang kaisar.

Grafiti pada zaman modern
Grafiti pada Tembok Pemisah Israel di Israel-Palestina.
Adanya kelas-kelas sosial yang terpisah terlalu jauh menimbulkan kesulitan bagi masyarakat golongan tertentu untuk mengekspresikan kegiatan seninya. Akibatnya beberapa individu menggunakan sarana yang hampir tersedia di seluruh kota, yaitu dinding.
Pendidikan kesenian yang kurang menyebabkan objek yang sering muncul di grafiti berupa tulisan-tulisan atau sandi yang hanya dipahami golongan tertentu. Biasanya karya ini menunjukkan ketidak puasan terhadap keadaan sosial yang mereka alami.
Meskipun grafiti pada umumnya bersifat merusak dan menyebabkan tingginya biaya pemeliharaan kebersihan kota, namun grafiti tetap merupakan ekspresi seni yang harus dihargai. Ada banyak sekali seniman terkenal yang mengawali karirnya dari kegiatan grafiti.

Fungsi grafiti

• Bahasa rahasia kelompok tertentu.
• Sarana ekspresi ketidak puasan terhadap keadaan sosial.
• Sarana pemberontakan.
• Sarana ekspresi ketakutan terhadap kondisi politik dan sosial.

Pada perkembangannya, grafiti di sekitar tahun 70-an di Amerika dan Eropa akhirnya merambah ke wilayah urban sebagai jati diri kelompok yang menjamur di perkotaan. Karena citranya yang kurang bagus, grafiti telanjur menjadi momok bagi keamanan kota. Alasannya adalah karena dianggap memprovokasi perang antar kelompok atau gang. Selain dilakukan di tembok kosong, grafiti pun sering dibuat di dinding kereta api bawah tanah.

Di Amerika Serikat sendiri, setiap negara bagian sudah memiliki peraturan sendiri untuk meredam grafiti. San Diego, California, New York telah memiliki undang-undang yang menetapkan bahwa grafiti adalah kegiatan ilegal. Untuk mengidentifikasi pola pembuatannya, grafiti pun dibagi menjadi dua jenis.

Gang grafiti

Yaitu grafiti yang berfungsi sebagai identifikasi daerah kekuasaan lewat tulisan nama gang, gang gabungan, para anggota gang, atau tulisan tentang apa yang terjadi di dalam gang itu.

Tagging graffiti

Yaitu jenis graffiti yang sering dipakai untuk ketenaran seseorang atau kelompok. Semakin banyak graffiti jenis ini bertebaran, maka makin terkenallah nama pembuatnya. Karena itu grafiti jenis ini memerlukan tagging atau tanda tangan dari pembuat atau bomber-nya. Semacam tanggung jawab karya.

Senin, 08 September 2008

Pojok ruang kerja yang manis

Apakah Anda memerlukan sebuah ruang kerja yang terlihat manis dan rapi, dengan rak-rak untuk menyimpan file, buku dan alat tulis-menulis? Atau ada pojokan di rumah yang belum tersentuh? Ruang kerja ini didesain secara eksklusif untuk bekerja dirumah. Pertimbangan pertama; pengaturannya harus sesuai untuk home office, misalnya Anda menghendaki ruang seperti ini hadir disebelah ruang tamu. Ini adalah sebuah ruang kerja yang sederhana dengan alur sederhana; rak penyimpan di sebelah kanan, area bekerja di sebelah kiri. Rak penyimpan bisa juga berfungsi sebagai perpustakaan pribadi, kalau-kalau dibutuhkan buku yang cepat dibaca. Sebuah ruang kerja dirumah sebaiknya didekorasi seperti semua ruang lain di rumah, seperti ruang tamu dan ruang-ruang lain, tapi tetap memperhatikan kebutuhan ruang kerja. Kadang-kadang, sebuah ruang kerja adalah bagian dari ruang tamu, kamar tamu, bahkan lorong dalam rumah. Prinsip dekorasinya bisa saja sama dengan ruang-ruang lain. Hanya saja, biasanya ruang ini banyak buku, terkesan relaks, nyaman, serta membantu berkonsentrasi dalam bekerja.

MUDA ERA HIP-HOP Free Style, Atraktif dan Dinamis

DULU sekali, anak muda Indonesia ikut keranjingan breakdance ketika tarian jalanan itu mewabah di Amrik. Sekarang, katanya sih ‘ era hip-hop, yang dinamis dan serba longgar. Salah satunya yang kini sedang ngetren adalah free style.

Nggak tahu kenapa disebut ‘gaya bebas’.
Mungkin mengacu pada gaya tampilan yang seolah-olah antikemapanan,
meski sebenarnya masih jauh lebih santun ketimbang gaya ‘hippies’ yang
pernah mencuat di akhir 70-an. Free style lebih diaktualisasikan dalam aneka atraksi yang sarat tantangan.Berbeda dengan breakdance yang lebih mengandalkan
kekuatan leher, tarian yang banyak diterapkan para styler lebih
mengandalkan permainan tangan dan kaki. Mengadopsi seni beladiri ala Brasil, capoeira, atau percepatan ala wushu Cina. Sedang permainan skateboard dan sepeda ontel, sebenarnya lebih meniru gaya pesta bebas para remaja Amrik. Salahsatu ajang yang turut mempopulerkan free style ini adalah festival musik Woodstock yang melegenda itu.

Sedikitnya saya sudah merakit lima sepeda buat teman-teman.
Sambil menunggu hari kuliah mulai, ia dan teman-teman setiap sore
menggelar arena gaya bebas dengan wahana sepeda dan papan luncur. Untuk melengkapi aksinya, mereka menyiapkan kostum ala army look dan musik pendukung yang kebanyakan berirama hip-hop.
Lain lagi yang bisa dilihat di Boulevard UGM dan Graha Sabha Pramana,
pasti akan bertemu anak-anak muda yang sedang latihan beladiri ini:
Capoeira. Beladiri asal Brasil yang kini sedang tren di kalangan anak muda. Jurus-jurusnya yang dimanis bak orang menari, menjadikan Capoiera semakin digemari.Untuk menghindari hukuman dari para juragan bila
ketahuan sedang mempelajari ilmu beladiri, para budak menyamarkan
gerakan-gerakan inti ke dalam sebuah tarian. Untuk mempertegas bahwa itu sebuah tarian, mereka melengkapinya dengan iringan musik alami dengan perangkat seadanya.

Yang tercatat memang baru puluhan, tapi setiap latihan yang datang bisa ratusan.
Soalnya kami belum menerapkan sistem perguruan dengan iuran tertentu.
Semuanya bisa bergabung dengan kami. Datang, melihat, ikut latihan, itu
saja sudah cukup. Sekadar diketahui saja, capoiera tak bisa dipelajari
setengah-setengah.
Adi Santoso, salahsatu instruktur Capoiera Yogya juga menekankan, untuk
bisa menguasai jurus-jurus Capoiera tak bisa diraih secara instan.Selain untuk olahraga beladiri, Capoiera ternyata juga banyak diambil unsur gerakannya untuk tarian hip-hop alias free style. Itu bisa dilihat dari anggota Capoiera, yang sebagian membentuk pula grup dance.

Minggu, 07 September 2008

Honda Revo Graffiti Contest

Honda Revo. Motor dengan tampilan sporty ITU sekarang punya hubungan erat dengan lifestyle anak muda. Khususnya graffiti

Setelah sukses menyabet predikat Best Seller Motorcycle 2007, dan terjual 168 ribu lebih sampe bulan Maret 2008 lalu, PT. Astra Honda Motor memperkenalkan New Revo 2008. Yeah, dengan garis bodinya yang tajam dan tegas otomatis membuat motor berkapasitas 110 cc ini kelihatan lebih sporty dan modern. Bukan cuma itu, garis bodinya yang tajam dan ramping bikin bodi Honda revo jadi aerodinamis. Lantas apa hubungannya Revo dengan anak muda?

Honda Revo memang tengah mendekatkan diri dengan remaja. Untuk kita-kita yang masih duduk di bangku SMP-SMA sampai mahasiswa, Honda mengadakan acara Honda Revo Graffiti Contest Tunjukin Gaya Lo, Warnain Kota Lo. Kontes graffiti terbesar di Indonesia diperuntukan buat yang udah atau pengen jadi bomber. Boleh individu, boleh juga berkelompok.

“Pemenangnya akan dikasih kesempatan buat mewarnai kotanya. Dia akan mewarnai ruang publik yang kosong. Dia akan jadi local hero yang akan menyumbang sesuatu buat kotanya. Dan ini adalah graffiti yang legal. Nggak ada kucing-kucingan sama aparat,” terang Pak Judhy lagi.

Kota Yogya pekan lalu jadi kota pembuka gelaran Honda Graffiti Contest. Mengambil tempat di lapangan eks Hotel Ambarukmo, teman-teman kita di Yogya ngerasain serunya one stop activities di Honda Revo Graffity Contest.

Kita bukan cuma bisa nontonin aksi para bomber, tapi bisa ikutan kompetsi basket 3 on 3, futsal, skateboard sampe BMX. Semua fasilitas penunjangnya disediain. Tinggal datang dan bermain!

Buat gamers ada konsol PS 3 dan Nintendo Wii yang bisa dijajal. Last but not least, ada fun riding with Honda Revo. Termasuk pengenalan simulasi berkendara di Honda Riding Trainer untuk memprediksi bahaya saat berkendara dengan cara yang aman.

Puncaknya ada J-Rocks yang membakar adrenalin penoton dengan berbagai nomor andalan. Kau Curi Lagi menjadi puncak penampilan band asal Jakarta ini. Seharian di Honda Revo Graffiti Contest seru juga